Kisruh Program Makan Gratis: Dapur SPPG Panakkukang Dikabarkan Tutup dengan Harga Rp6.500 per Porsi
Dapur SPPG Panakkukang 02 Ditutup, Berdampak pada Pekerja dan Siswa
Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakkukang 02 di Makassar, Sulawesi Selatan, kini menjadi perhatian masyarakat setelah dikabarkan ditutup sementara. Penutupan ini terjadi setelah beredarnya informasi mengenai penyesuaian harga setiap porsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurut laporan yang beredar, salah satu alasan utama penutupan adalah patokan harga per porsi makanan yang dinilai terlalu rendah. Harga tersebut hanya sebesar Rp6.500 per porsi, yang menurut mitra Badan Gizi Nasional (BGN), Arifin Gassing, tidak sesuai dengan arahan presiden.
Harga Per Porsi Jadi Sorotan
Arifin Gassing menyoroti kebijakan penetapan harga makanan dalam program MBG yang hanya sebesar Rp6.500 per porsi. Ia menyatakan bahwa ketentuan ini bertentangan dengan petunjuk dari presiden yang lebih besar.
\”Kami juga tidak mengerti kenapa harus Rp6.500. Padahal jelas petunjuk presiden lebih besar dari itu,\” ujarnya kepada wartawan pada Senin, 29 September 2025.
Dengan batasan harga yang terbatas, penyedia dapur mengaku kesulitan dalam memenuhi standar kualitas makanan sesuai arahan pemerintah pusat.
Puluhan Pekerja Kehilangan Penghasilan
Penutupan dapur SPPG Panakkukang 02 langsung berdampak pada tenaga kerja yang selama ini menggantungkan hidup dari operasional dapur. Sri Bulan, salah satu pekerja, mengonfirmasi bahwa dapur sudah tidak beroperasi sejak beberapa waktu lalu.
Ia juga menyebut ada sekitar 50 pekerja yang kehilangan mata pencaharian akibat penghentian tersebut. Dapur ini telah beroperasi sejak Februari 2025 dan rutin menyiapkan sekitar 3.500 porsi makanan MBG setiap harinya untuk sejumlah sekolah di Kecamatan Panakkukang.
Ratusan Siswa Kehilangan Akses MBG
Selain para pekerja, penutupan dapur juga berdampak pada siswa sekolah dasar yang menjadi penerima program MBG. Kepala UPT SPF SD Negeri Tamamaung 1, Basora, mengatakan bahwa 383 siswanya kini tidak lagi menerima distribusi makanan bergizi.
\”Kalau datang kita terima, tidak datang mau bagaimana lagi. Kami berharap ke depan kebijakan ini lebih terarah,\” ujar Basora.
Basora juga mengungkapkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya. Pada Agustus lalu, distribusi makanan dari program MBG sempat terhenti selama dua pekan, sehingga pihak sekolah terpaksa meminta siswa membawa bekal sendiri dari rumah.
Pemberhentian Bersifat Sementara
Sementara itu, Kepala UPT SPF SD Negeri Karuwisi 2, Fatmasanra, menyebut bahwa pihaknya menerima surat resmi dari BGN yang menyatakan penghentian operasional dapur dilakukan sementara.
\”Ini menjadi pertanyaan. Mengapa ada arahan pemberhentian sementara, padahal program MBG merupakan ketentuan dari pemerintah pusat,\” ucap Fatmasanra.
Hingga kini, pihak sekolah masih menunggu kejelasan mengenai kelanjutan distribusi makanan bergizi bagi para siswanya.