Kasus Keracunan MBG Menghantui Siswa Garut, Warga Minta Evaluasi Program
Kembali Terjadi, Siswa SMPN 1 Kadungora Keracunan Setelah Konsumsi Makanan MBG
Beberapa hari setelah inspeksi mendadak yang dilakukan oleh DPR RI, kembali terjadi kasus dugaan keracunan makanan yang diduga berasal dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Garut. Kali ini, puluhan siswa SMPN 1 Kadungora dilaporkan mengalami gejala seperti mual, pusing, muntah, dan diare setelah mengonsumsi menu MBG di sekolah pada Selasa, 30 September 2025. Bahkan, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) juga menjadi korban.
Peristiwa ini terjadi tidak lama setelah siswa menyantap makanan. Banyak dari mereka yang harus dilarikan ke Puskesmas Kadungora karena kondisi kesehatannya menurun. Yayan Mulyana (52), warga Kadungora, mengungkapkan bahwa ada puluhan siswa yang mengalami keracunan, termasuk anggota keluarganya yang masih dirawat di Puskesmas hingga saat ini.
\”Benar, ada puluhan siswa SMPN 1 Kadungora yang mengalami keracunan diduga setelah mengonsumsi menu MBG di sekolah. Termasuk anggota keluarga saya yang sampai sekarang masih dirawat di Puskesmas,\” ujar Yayan.
Ia mengaku kaget dan prihatin karena kasus serupa bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada 17 September 2025, ratusan siswa di wilayah Kadungora (mencapai 647 korban) juga mengalami insiden serupa. Yayan meminta agar program MBG dihentikan atau dievaluasi total untuk mencegah risiko yang lebih besar terhadap kesehatan anak-anak.
Dinkes Turun ke Lapangan, Pelanggaran SOP Jadi Sorotan
Kepala Dinas Kesehatan Garut, Leli Yuliani, membenarkan adanya kasus dugaan keracunan ini. Pihaknya segera menurunkan tim untuk mengecek langsung kondisi di sekolah dan puskesmas, meskipun jumlah pasti korban belum dapat disampaikan.
Peristiwa terulangnya kasus keracunan makanan ini menjadi ironi, sebab hanya berselang beberapa hari dari kunjungan inspeksi mendadak (Sidak) DPR RI. Pada Jumat, 26 September 2025, Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, bersama anggota Komisi IX sempat mendatangi salah satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kadungora.
Dalam kunjungan tersebut, DPR menemukan sejumlah pelanggaran SOP terkait pengelolaan dan distribusi makanan MBG. Cucun saat itu sudah menegaskan perlunya pembenahan serius agar kasus serupa tidak terus berulang.
Tantangan dalam Pengelolaan Program MBG
Kasus ini menunjukkan bahwa masalah dalam pengelolaan program MBG masih sangat kompleks. Meskipun tujuan utamanya adalah memberikan asupan gizi yang cukup bagi siswa, banyaknya insiden keracunan menunjukkan adanya celah dalam sistem distribusi dan pengawasan.
- Penyebab utama keracunan bisa berasal dari proses pengolahan makanan yang tidak sesuai standar.
- Kurangnya pengawasan terhadap penyedia makanan dan pengelolaan logistik juga menjadi faktor penting.
- Keterlibatan pihak ketiga dalam pengadaan makanan sering kali mengakibatkan ketidakstabilan kualitas dan keselamatan makanan.
Langkah yang Perlu Dilakukan
Untuk mencegah terulangnya kasus serupa, beberapa langkah perlu segera diambil:
- Evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan makanan MBG, termasuk pengecekan kualitas bahan baku dan proses pengolahan.
- Peningkatan pengawasan oleh dinas kesehatan dan lembaga terkait.
- Pelibatan masyarakat dalam pengawasan, terutama orang tua siswa, untuk memastikan bahwa program MBG benar-benar aman dan bermanfaat.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan program MBG dapat berjalan dengan lebih baik dan menjauhkan anak-anak dari risiko kesehatan yang membahayakan.