Dampak Ekonomi MRT Tangsel: Kurangi Biaya Transportasi dan Tingkatkan PDRB Jakarta-Banten
MRT Tangerang Selatan Diharapkan Berdampak Positif pada Perekonomian
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Tangerang Selatan (Tangsel) diproyeksikan memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah dan masyarakat. Keberadaan moda transportasi modern ini tidak hanya mempercepat waktu tempuh bagi para pekerja, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Banten dan DKI Jakarta.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyatakan bahwa MRT Tangsel akan menjadi perubahan besar dalam sistem transportasi publik di wilayah penyangga Jakarta. Menurutnya, efek multiplier yang dihasilkan dari proyek ini bisa menjadi motor penggerak ekonomi wilayah sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.
“MRT Tangsel memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian karena mempersingkat waktu tempuh bagi pekerja, meningkatkan pengembangan properti wilayah Banten, hingga mendorong PDRB,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa kualitas layanan MRT lebih baik dibandingkan transportasi publik lain di Jabodetabek. Ia meyakini bahwa kehadiran MRT di wilayah Banten akan membawa manfaat positif.
Salah satu dampak signifikan dari adanya MRT adalah pengurangan biaya kemacetan. Setiap tahun, nilai PDB sekitar Rp 38 triliun hilang akibat kemacetan di Jakarta dan sekitarnya. Akses MRT diharapkan dapat mengubah biaya tersebut menjadi aktivitas ekonomi yang lebih produktif.
Selain itu, Bhima menilai bahwa kehadiran MRT rute Lebak Bulus – Serpong akan membuat pekerja yang biasa melakukan perjalanan dari Tangsel ke Jakarta lebih hemat. Biaya transportasi mereka akan berkurang, sehingga uang yang dikeluarkan untuk barang atau jasa lain meningkat.
Dampak Positif MRT Terhadap Mobilitas dan Ekonomi
Gubernur Banten Andra Soni menyampaikan bahwa kehadiran MRT yang menghubungkan Banten dan Jakarta akan berdampak positif seiring dengan tingginya mobilitas masyarakat di dua provinsi. Ia optimistis bahwa proyek yang sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan agenda prioritas nasional ini bisa turut menggenjot pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten.
“Mobilisasi antara kedua wilayah sangat padat. Kami yakin dengan adanya MRT, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten akan semakin terdorong,” ujarnya.
Dalam rapat koordinasi rencana pembangunan MRT di Wilayah Provinsi Banten di Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Gubernur Banten Andra Soni, Dirjen Perkeretaapian, dan Direktur Utama PT MRT Jakarta hadir. Proyek ini merupakan bagian dari RPJMN 2025–2029 dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Kolaborasi antar pemerintah daerah dan swasta menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Jalur MRT di Wilayah Banten
Di wilayah utara, akan dibangun jalur MRT antara Kembangan–Balaraja sebagai bagian dari pembangunan Fase II Jalur East West Cikarang–Balaraja. Sedangkan di wilayah selatan, akan dibangun jalur Lebak Bulus–Serpong sebagai pengembangan pelayanan yang sudah ada, yaitu jalur North–South Lebak Bulus–Bundaran HI–Kota–Ancol.
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan menyampaikan bahwa dari 1,4 juta penduduk Kota Tangsel, sekitar 30 persen bekerja di Jakarta. Sehingga MRT membantu mobilitas warga. Keberadaan MRT diharapkan memberikan alternatif transportasi publik yang cepat, nyaman, dan terjangkau.
Proyek East-West yang menghubungkan Bekasi, Jakarta, hingga Tangerang Raya diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas akibat dominasi kendaraan pribadi. Pilar menyoroti dampak positif MRT terhadap perekonomian lokal. Pembangunan MRT bukan hanya soal transportasi, tapi juga pengembangan ekonomi, peningkatan nilai properti, dan peluang usaha.
Pendanaan dan Pengembang yang Mendukung
Sumber pendanaan proyek ini sepenuhnya berasal dari investasi swasta. Saat ini, feasibility study (FS) tengah berjalan dan ditargetkan rampung akhir 2025. PT MRT sedang mengkaji dua alternatif trase masuk ke Tangsel, yaitu jalur selatan melalui Pondok Cabe (Ciputat) dan jalur utara lewat Pondok Aren (Bintaro) yang terhubung dengan tol menuju Serpong.
Pemilihan trase akan mempertimbangkan potensi penumpang dan daya beli masyarakat, serta investasi yang paling efektif secara bisnis. “Tingkat keterlibatan pemerintah daerah dalam penyediaan lahan dapat menekan biaya investasi dan harga tiket,” tambah Pilar.
Dia menambahkan, selain Sinar Mas, pengembang lain yang sudah menyatakan dukungannya dalam pembangunan MRT ke Tangsel yaitu Alam Sutera, dan Lippo. Pihaknya juga akan berkomunikasi dengan Bintaro Jaya untuk mendukung proyek ini.
“Insya Allah semuanya sih mendukung ya, karena ini juga untuk kebaikan semua seperti itu,” lanjutnya.
Pilar menambahkan, meski ada beberapa tahapan dan kebijakan fiskal yang masih menunggu hasil FS dan keputusan pemerintah, namun Gubernur Banten dan Gubernur DKI Jakarta sudah sepakat untuk menyelesaikan proyek MRT ini.
“Dua jalur ini, Pondok Cabe dan Bintaro, akan digunakan salah satunya,” tutup Pilar.