Catatan 24 SPPG di Gunungkidul, Hanya 1 Bersertifikat Higiene
Kondisi Dapur Penyedia Layanan Makan Bergizi Gratis di Gunungkidul
Dari 24 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang terdaftar, hanya satu dapur yang memiliki Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dapur penyedia layanan makanan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Gunungkidul belum memenuhi standar higiene dan sanitasi. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Ismono, menyatakan bahwa dari total 24 SPPG tersebut, hanya 17 yang aktif beroperasi melayani masyarakat. Namun, hanya satu yang telah memenuhi syarat laik higiene dan sanitasi.
“Betul, baru satu dapur yang memiliki SLHS. Ini menjadi catatan penting kami,” ujar Ismono, Selasa (30/9/2025). Ia menegaskan bahwa pihaknya terus mendorong seluruh pengelola SPPG untuk segera melengkapi SLHS. Dinkes siap memfasilitasi, tetapi proses pengurusan tetap harus melalui tahapan sesuai ketentuan.
Proses pengurusan sertifikat ini melibatkan beberapa langkah seperti pelatihan memasak, uji laboratorium air, hingga pemeriksaan kesehatan lingkungan. “Kami akan lakukan sosialisasi teknis pengurusan sertifikat ini dalam rapat koordinasi bersama pemilik SPPG pada 1 Oktober mendatang,” jelasnya. Lebih lanjut, Ismono menjelaskan bahwa Dinkes juga akan melakukan pendampingan langsung ke lapangan untuk memantau kesiapan dapur.
Menurutnya, evaluasi berkala perlu dilakukan agar kualitas layanan bisa terus terjaga, terutama dari aspek kebersihan bahan makanan dan keamanan proses pengolahan. “Standar higiene bukan hanya soal sertifikat, tapi juga praktik sehari-hari. Pengelola harus disiplin menjaga kebersihan dapur, peralatan, hingga kondisi tenaga kerja agar tidak menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari,” tegasnya.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat program MBG bertujuan meningkatkan gizi anak sekolah. Standar higienis dapur penyedia makanan diharapkan segera dipenuhi agar layanan benar-benar aman dan sehat bagi penerima manfaat. Ia menambahkan, kewajiban pengurusan SLHS ini juga sejalan dengan hasil koordinasi lintas kementerian, yakni Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, serta Badan Gizi Nasional (BGN).
Penutupan Operasional Dapur SPPG Sumberejo
Pengelola SPPG Pandanan, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin, Didik Rubiyanto, mengakui dapurnya belum memiliki SLHS. Meski begitu, ia menegaskan komitmennya untuk segera melengkapi persyaratan tersebut. “Kami sedang mengurus SLHS sesuai prosedur yang ada. Selain itu, kami juga mengurus label halal dan mendorong juru masak untuk memiliki sertifikat keahlian, agar kualitas pelayanan benar-benar terjamin,” kata Didik.
Sebelumnya, Dapur SPPG di Kalurahan Sumberejo ditutup imbas belasan pelajar diduga mengalami kasus keracunan. Penutupan operasional dapur mengacu pada surat yang dilayangkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN) Nomor 537/D.TWS/09/2025 tentang Pemberhentian Operasional SPPG Gunungkidul Semin Sumberejo, yang dikeluarkan pada 27 September 2025. Dalam surat yang ditandatangani oleh Deputi Bidang Pemantauan dan Pengawasan, Direktur Pemantauan dan Pengawasan Wilayah II, Albertus Dony Dewantoro, tertulis sehubungan dengan dasar tersebut di atas, dalam rangka investigasi dan menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan dan BPOM.
Untuk sementara, SPPG Semin Sumberejo dihentikan operasionalnya sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sebelumnya diberitakan, sebanyak 19 siswa di Kalurahan Padanan, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, diduga mengalami keracunan usai menyantap makanan dari program makanan bergizi gratis (MBG), pada Senin (15/9/2025) kemarin.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono mengatakan belasan siswa yang diduga mengalami keracunan terdiri dari 15 siswa SD, 3 siswa SMP, dan 1 siswa SMA. “Gejala yang dialami meliputi muntah, nyeri perut, pusing, dan demam,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Selasa, (16/9/2025). Ia mengatakan semua siswa pun langsung dilarikan ke Puskesmas Semin I untuk mendapatkan perawatan. “Dan hari ini, semua siswa sudah kembali sehat serta beraktivitas di sekolah,” ucapnya.
Sebagai tindak lanjut, kata dia, Dinkes mengamankan sampel makanan dari SPPG untuk pemeriksaan laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta. Jenis sampel yang diperiksa meliputi nasi, tumis wortel, melon, semur tahu, ayam karage, dan air minum. “Kami masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab pasti kasus ini,” tambah Ismono.
Ismono menuturkan pihaknya akan melakukan evaluasi terkait kejadian tersebut. Pasalnya, dalam sepekan ini sudah ada dua kasus dugaan keracunan MBG yang dialami para siswa. “Tentu, akan kami lakukan evaluasi terkait hal ini. Itu akan menjadi tugas lintas sektor terkait,” pungkasnya.