7 mins read

Dari Membaca Cerita, Rindu Pasar Genjing dan Interaksinya

Pengalaman Berbelanja di Pasar Genjing Pramuka

Berangkat lebih pagi dari biasanya, membuat saya leluasa untuk blog walking sambil duduk nyaman di KRL. Sebuah hoki yang jarang terjadi. Lantas salah satu teman blogger bercerita tentang food preparation, seketika ingatan saya langsung kembali ke tahun 2018-2023 awal.

Iya, di rentang tahun tersebut. Saya adalah salah satu orang yang rajin melakukan food preparation. Tujuan utama: hemat waktu saat bikin bekal dan hemat uang belanja. Namun, kali ini bukan saya merindukan momen food preparation nya. Melainkan saya merindukan proses belanja di pasar Genjing Pramuka. Sayangnya saya tidak punya foto jelas terkait pasar tradisional yang satu ini.

Sekilas Tentang Pasar Genjing

Gambaran terkait pasar Genjing: Dulu nama Genjing ini berasal dari nama sebuah pohon yang pada akhirnya mengikuti logat Betawi jadilah berbunyi \”Genjing\”, padahal nama pohonnya jeungjing (kalau kata orang Sunda) dan disebut pohon sagon oleh suku Jawa. Begitulah uniknya Indonesia, beragam suku dan budaya Bhineka tunggal Ika.

Maka jadi familiar disebut dengan pasar Genjing. Alamat lengkap Pasar Genjing: Kota Jalan Pramuka Desa Rawasari, Cempaka Putih Jakarta Pusat Kode pos 10570. Cukup dekat dengan area Matraman Jakarta Timur. Bisa menggunakan angkot ataupun Transjakarta.

Lokasi pasar Genjing dekat dengan halte Transjakarta Pasar Genjing yang dilewati sama koridor 4. Pasar Genjing merupakan pasar tradisional, tidak terlalu luas dan di waktu tertentu akan terlihat dan terasa agak kumuh. Namun, penjual di dalamnya bisa dibilang lengkap banget. Mau cari sayur apa saja pasti ada. Buah-buahan yang jarang sesekali ada juga. Aneka ikan laut selalu lengkap. Lokasi pasar Genjing ini tuh masuk area Pramuka.

Daging sapi segar pun tersedia, Ayam potong, tahu homemade, ikan air tawar yang masih hidup pun tersedia. Mbok jamu, tukang sate, soto, lontong Padang, banyak tersedia. Mau belanja harian, mingguan sambil kulineran pun bisa banget.

Kenangan Hangat Saat Berbelanja di Pasar Genjing

Teringat sama pasar Genjing membuat saya merasa ingatan ini suka sedikit lucu dan agak random, khususnya ingatan saya. Beberapa ingatan tanpa diminta mudah hilang tak bersisa, beberapa lagi suka hadir mendadak. Namun saya senang mengingat kembali terkait pasar Genjing dan Interaksinya.

Pertama kali saya dikenalkan dengan pasar Genjing, oleh Mama mertua. Beliau mengajak saya berbelanja hari Sabtu saat saya libur bekerja. Setelah diajak dan didampingi sekali, seterusnya saya sering jalan sendiri. Entah naik angkot ataupun Transjakarta.

Pasar Genjing memang cukup mudah dijangkau, ada halte Tije di dekatnya. Naik angkot pun mudah dan masih banyak angkot warna biru muda yang lalu lalang. Kalau naik Tije ongkos Rp3.500,- dan kalau naik angkot ongkosnya Rp5.000,- mengikuti harga standar nya.

Interaksi Hangat dan Akrab dengan Pedagang

Yang bikin pasar Genjing hangat dalam ingatan, salah satunya karena para pedagang di sana sangat ramah dan care banget dengan pembeli.

Sedari saya diajak sama Mama mertua buat belanja di Pasar Genjing, dalam dua kali belanja ada empat pedagang yang langsung akrab.

Sebut saja mbok Yem, penjual aneka ikan laut dan memiliki beberapa anak buah. Beliau hafal dan tau nama saya. Kalau tidak belanja satu Minggu, Minggu depan saat belanja beliau akan bertanya \”Sabtu kemarin kemana? Tumben nggak belajar?\” tanya nya ramah, sambil kasih tau ikan yang terbaru.

Selain bertanya seperti itu, jika dilihatnya wajah saya pucat maka akan tanya \”kenapa? Kok pucet? Sakit?\” Tanyanya dengan nada khawatir.

Lantas ada Mba Sri, juragan sayuran yang jual aneka sayur-mayur segar dan berkualitas. Bahkan beberapa rumah sakit dan restoran berlangganan sayuran ke beliau. Selalu menyapa dengan senyum dan menanyakan kabar. \”Aikh ada si kaka, gimana kabarnya? Sehat, cantik?\” Tentu saja sembari tangannya gesit menimbang aneka sayuran pesanan.

Jualannya laris manis terus, tomat, wortel, kentang, aneka cabe dan bawang kualitasnya oke banget. Seger dan ginuk-ginuk. Bikin saya suka kalap kalau nggak bawa catatan belanjaan.

Lalu ada mba penjual telur, meski saya tak kenal namanya tapi beliau ramah dan suka kasih bonus telur puyuh. Yaaa, kadang-kadang saya suka beli telur puyuh buat dibikin sop ala-ala.

Kemudian bapak penjual daging, beliau selalu menanyakan kabar lalu bertanya dagingnya mau dimasak apa? Beliau selalu bersedia memotong sesuai dengan masakan yang akan saya buat.

Sebetulnya beberapa pedagang seperti pedagang ikan gurame dan ikan nila, Mereka pun ramah dan selalu ada guyonan seru. Lalu pedagang ayam potong, meski sai saya jarang beli tapi beliau ingat saya dan selalu kasih bonus ceker ayam.

Lalu ada dua pedagang yang berkesan. Yang satu pedangan tahu, beliau bikin tahu sendiri dan selalu tanya mau tahu susu atau tahu biasa? Yang menarik beliau jual tahu pong juga lho. Ramah dan suka bercanda si bapak satu ini.

Sama mbok jamu gendong. Saya suka sesekali beli jamu kunyit asem atau beras kencur. Beliau selalu menawari duduk terlebih dahulu di area yang udah beliau sediakan, ramah dan baik.

Tips Berbelanja di Pasar Genjing

Pasar Genjing ini nggak terlalu luas areanya dan kalau belanja memang lebih baik masih pagi. Soalnya kalau sudah jam 8 keatas, banyak pedagang yang udah kehabisan barang jualan. Nah, kalau saya sih biasanya belanja jam setengah enam pagi atau jam enam.

Sehingga jam tujuh sudah di rumah dan lanjut food preparation sambil sarapan dengan makanan yang saya beli di pasar atau goreng nasi sisa semalam.

Semenjak memiliki tambahan aktivitas untuk melakukan food preparation, saya sangat menyayangi makanan. Nggak tega membuang makanan dan memastikan bahan yang saya beli dimasak semua. Tidak ke buang sia-sia.

Yup, sebagai yang suka belanja seminggu sekali maka saya harus mencatat apa saja yang dibutuhkan buat seminggu kedepan.

Saya menyusun rencana menu harian, menghitung dan memperkirakan butuh berapa banyak protein hewani dan sayur hingga bumbu. Juga menjadi sebuah seni berlatih bijak mengelola uang belanja.

Iya, melalui food preparation saya jadi banyak belajar untuk menghitung kebutuhan. Jangan sampai bahan yang saya beli sia-sia. Setelahnya, saya harus menata sedemikian rupa agar aneka lauk, sayur dan bumbu tidak rusak.

Banyak pembelajaran berharga dari sebuah aktivitas food preparation. Bahkan saya jadi kepikiran buat mengolah limbah rumah tangga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dari sini muncul keinginan menanam aneka sayuran di halaman yang terbatas. Random sekali ya? Hehehehe.

Proses yang tidak mudah membuat saya lebih peduli dan berpikir gimana caranya bisa cobain panen dari halaman sehingga saat belanja nggak terlalu berat bawa semua hal yang dibeli untuk satu Minggu kedepan.

Bayangkan badan sekecil ini harus bawa beberapa wadah yang berisi bahan makanan. Meski sayuran dan lauk-pauk, tetap saja kalau beberapa tentengan berasa berat juga apalagi turun dari Tije lanjut jalan kaki beberapa puluh meter. Yaa namanya juga mau hemat, harus effort lebih hehehe.

Tetapi, Sabtu dan Minggu di awal bulan jujur saya akan makan siang atau malam di luar. Cari makanan yang bikin penasaran, buat refreshing sekaligus menambah ide referensi masakan. Bosen juga tau masak setiap hari pagi dan malam, sesekali chef makan masakan di luar dan bebas dari kewajiban cuci piring hahaha.

Gimana nih sobat kompasianer, pernah kah mampir ke pasar Genjing? Atau memang dekat dekat situ? Sinilah cerita di komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bergabung bersama kami, dapatkan kupon diskon untuk isi ulang game murah! Nikmati fitur menarik kami:

0

Subtotal