Incara Dana Rp 3,2 Triliun, Ini Rekomendasi Saham INET
Strategi Pemenuhan Dana Segar oleh INET
PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) sedang mengincar dana segar sebesar Rp 3,2 triliun melalui skema Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I) atau rights issue. Dalam rencana ini, INET akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 250 per saham. Rasio rights issue yang ditetapkan adalah 3:4.
Analisis dari Ahli Investasi
Fath Aliansyah, Head of Investment Specialist di Maybank Sekuritas, menjelaskan bahwa angka Rp 3,2 triliun yang dikejar oleh INET tergolong besar, terutama jika dibandingkan dengan nilai ekuitas perusahaan. Berdasarkan data hingga 31 Juli 2025, total ekuitas INET mencapai Rp 309,19 miliar. Fath menilai, jika rights issue ini berjalan lancar, INET akan mendapatkan tambahan dana yang mencapai 10 kali lipat dari nilai asetnya saat ini.
Selain itu, keberadaan pembeli siaga alias standby buyer juga menjadi sentimen positif dalam aksi korporasi ini. PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara, pemegang saham pengendali INET, menyatakan akan menyerap haknya. Pemegang saham pengendali tersebut memiliki 60,62% saham INET dan akan menyerap seluruh haknya serta siap menjadi pembeli siaga untuk sisa saham yang tidak diambil investor lain.
Peran Pembeli Siaga
Dalam surat tertanggal 19 September 2025, manajemen PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara menyatakan akan melakukan HMETD senilai Rp 1,78 triliun dari porsi kepemilikannya. Selain itu, mereka juga menyatakan akan menjadi pembeli siaga hingga maksimal 5,65 miliar saham atau senilai Rp 1,41 triliun jika saham baru tidak seluruhnya terserap. Dengan situasi ini, INET minimal dapat dana sebesar Rp 1,78 triliun. Namun, jika skenario rights issue berjalan lancar, INET bisa mencapai sebesar Rp 3,2 triliun.
Penggunaan Dana Rights Issue
Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) berkecepatan tinggi dengan teknologi Wi-Fi 7. Sebanyak Rp 2,8 triliun akan dialokasikan ke anak usaha GPI untuk menggaet 2 juta pelanggan baru di Bali dan Lombok. Selain itu, sekitar Rp 213,44 miliar digunakan untuk melunasi biaya sewa jaringan kabel bawah laut. Sementara itu, sekitar Rp 135 miliar dipakai sebagai modal kerja untuk membangun FTTH di Jawa melalui anak usaha INET. Sisanya digunakan untuk pengembangan layanan, pemasaran hingga biaya overhead lainnya.
Fokus pada Pertumbuhan Agresif
Menurut Fath, penggunaan dana rights issue ini lebih berorientasi pada growth story. Emiten mengejar cerita pertumbuhan yang agresif. Apalagi, untuk pengembangan di Bali dan Lombok, Fath menilai ada potensi pertumbuhan di dua daerah tersebut. Mengingat belum banyak pemain penyedia layanan internet di Bali dan Lombok.
Analisis Teknis dari Analyst
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst di Mirae Asset Sekuritas, mencermati secara teknikal bahwa INET membentuk pola upward bar didukung RSI yang menunjukkan sinyal positif. Sementara itu, volume mulai meningkat. Dalam jangka pendek, Nafan merekomendasikan add INET dengan target harga di Rp 272–Rp 306. Pada akhir perdagangan Kamis (2/10), INET ditutup menguat 6,52% ke level Rp 294.