Mesin Ekspor Berjalan Lancar, Tapi Permintaan Dalam Negeri dan Produksi Harian Tertunda
Perekonomian Indonesia Menunjukkan Tanda-Tanda Pemulihan
Perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif. Surplus neraca dagang yang tercatat mengindikasikan bahwa sektor ekonomi kembali bergerak. Selain itu, tingkat inflasi tetap terkendali, yang memberikan harapan bahwa daya beli masyarakat dapat pulih secara bertahap.
Menurut Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dari sisi eksternal, ekspor pada Agustus 2025 meningkat sebesar 5,78 persen secara year-on-year (YoY) menjadi USD 24,96 miliar. Pertumbuhan ini didukung oleh sektor nonmigas yang tumbuh sebesar 6,68 YoY, khususnya dari industri pengolahan. Akibatnya, surplus neraca perdagangan Indonesia melebar menjadi USD 5,49 miliar pada Agustus 2025, naik dibandingkan USD 2,78 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini jauh di atas perkiraan pasar sebesar USD 3,99 miliar.
Di sisi lain, impor justru mengalami penurunan sebesar 6,56 persen YoY. Penurunan terbesar terjadi pada bahan baku sebesar 9,06 persen dan barang konsumsi yang turun 5,24 persen secara tahunan. Sementara itu, impor barang modal masih mengalami kenaikan tipis sebesar 2,45 persen YoY.
Josua menyatakan bahwa meskipun ekspor berjalan baik, permintaan dalam negeri, terutama siklus produksi harian, masih cenderung menahan diri. \”Artinya, mesin ekspor berjalan baik, tetapi permintaan dalam negeri masih menahan diri,\” ujarnya.
Inflasi Tetap Rendah, Daya Beli Masyarakat Perlahan Pulih
Inflasi pada September 2025 juga tercatat rendah, dengan angka sebesar 0,21 persen secara bulanan dan 2,65 persen secara tahunan. Meskipun demikian, beberapa komoditas pangan seperti cabai dan ayam ras masih mengalami fluktuasi.
\”Kombinasi antara ekspor yang kuat dan harga yang relatif stabil memberikan sinyal positif, namun pemulihan permintaan domestik masih bertahap,\” ujar Josua.
Ia juga menyoroti bahwa kenaikan kinerja ekspor memiliki indikasi kuat karena efek belum berlakunya tarif Amerika Serikat (AS). Hal ini memicu fenomena front loading, yaitu pembelian barang yang dilakukan lebih awal sebelum adanya aturan tarif baru. Secara kumulatif, ekspor ke AS pada Januari-Agustus 2025 naik sebesar 20,34 persen YoY. Namun, secara bulanan, ekspor ke AS turun menjadi USD 2,72 miliar dari USD 3,10 miliar pada Juli 2025.
\”Normalisasi ini menunjukkan bahwa proses pengapalan barang telah kembali ke jalur biasa setelah dilakukan percepatan sebelumnya,\” kata Josua.
Konsistensi Narasi dengan Data Ekonomi
Narasi ini konsisten dengan catatan riset dari Permata Institute for Economic Research, yang menunjukkan bahwa surplus neraca dagang melebar karena penurunan impor. Ekspor sempat terdorong oleh pembelian front-loaded menjelang ketentuan tarif atau resiprokal, lalu melunak di paruh kedua. Data BPS menunjukkan bahwa ekspor ke AS pada Agustus 2025 turun sebesar 12,39 persen secara bulanan. Meski demikian, secara kuartalan, ekspor tetap kuat, terutama untuk crude palm oil (CPO) yang tumbuh tinggi.
\”Sementara batu bara melemah, pola ini umum terjadi saat eksportir memajukan pengiriman barang manufaktur/olah ketika ada risiko tarif, lalu mereda sesudahnya,\” jelas Josua.
Perkembangan Ekspor dan Impor Berdasarkan Perspektif Bank Mandiri
Dari perspektif Bank Mandiri, Chief Economist Andry Asmoro menyatakan bahwa realisasi surplus neraca dagang Indonesia tidak jauh dari proyeksi risetnya sebesar USD 5,35 miliar. Surplus ini meningkat dari USD 4,2 miliar pada Juli 2025. Kenaikan surplus ini didorong oleh percepatan ekspor.
\”Ini merupakan surplus perdagangan terbesar sejak Oktober 2022, didukung oleh peningkatan ekspor dan penurunan impor,\” ujarnya.
Impor pada Agustus 2025 turun sebesar 6,6 persen YoY, sedikit lebih dalam dari proyeksi Bank Mandiri yang memperkirakan penurunan 4,2 persen secara tahunan. Penurunan ini terutama disebabkan oleh melemahnya impor nonmigas sebesar 8 persen YoY.
Sementara itu, impor migas naik sebesar 3,2 persen YoY. \”Didorong oleh peningkatan pembelian minyak oleh Pertamina untuk memenuhi tambahan kuota SPBU swasta,\” tambahnya.